Kali ini mudik tahun 2018 yg dituju langsung ke rumah mbah umi dan mbah abi di Bangil Pasuruan. Ini kali kedua mudik ke Bangil, setelah perpindahan tempat tinggal mertua, yang semula di Malang lalu pindah ke daerah asal umi mertua setahun yang lalu.
Rencananya memang H-10 sampai H+8 Lebaran 2018 berada di kota yang terkenal Bordirnya itu.
Kota Bangil yang bersuhu cukup panas, memunculkan hobi baru 3 krucilku Riziq,Asha,dan Musya, yaitu mandi di bak plus pancuran air kran. Dalam satu hari bisa 3- 4 kali mandi, padahal biasanya mereka susah banget kalau disuruh mandi.
Selama di Bangil, kami sangat menikmati suasananya. Bersantai depan rumah, maen gelembung sabun, menyirami tanaman dua kali sehari (hobbinya kakak Riziq), nonton kereta api yang lewat belakang rumah. Belakang rumah Bangil memang ada jalur rel kereta api yang merupakan satu- satunya jalur kereta menuju stasiun paling ujung timur yaitu Banyuwangi.
Pusat keramaian kota Bangil adalah alun- alun Bangil, disekitar sana ada Masjid raya Bangil, ada juga wahana favorit asha & musya yaitu odong- odong dkk, taman bermain, dan plaza.
Beberapa tempat lain yang dikunjungi ada makam mbah Jalaludin yang berjuluk "Mbah Lowo Ijo" (masih turunan buyutnya abi). Lalu ada makam "Sakerah", yaitu legenda pejuang berdarah Madura dan terkenal dengan senjata khasnya " clurit".
![]() |
Makam Sakera |
Ternyata, Bangil menyimpan banyak cerita sejarah pejuang- pejuang jaman Belanda. Bangunan rumah- rumah tua, juga masih bertebaran di beberapa lokasi. Meskipun banyak juga bangunan tua yang tidak terawat sehingga terkesan angker.
Kalau tentang kuliner, di Bangil terkenal nasi Punelnya. Abi & Riziqpun, selalu mampir untuk menikmati nasi punel yang hampir ada di banyak tempat.
Kalau tentang kuliner, di Bangil terkenal nasi Punelnya. Abi & Riziqpun, selalu mampir untuk menikmati nasi punel yang hampir ada di banyak tempat.
"Bangkodir" alias "Bangil Kota Bordir" demikianlah julukan untuk kota yang terkenal Bordirnya dari sejak tahun 2005. Hal ini karena produksi bordirnya yang sangat pesat, bahkan produknya sampai ekspor ke berbagai negara di seluruh dunia. Subhanallah... hebat yah.
Setelah 2 mingguan berada di Bangil, H+4 Lebaran, kami dijemput keluarga Malang dengan mobilnya Ami Roni. Memang sudah menjadi rutinitas keluarga dari ibu ku, untuk menginap di rumah bude/buning Saidah di Nguling Pasuruan.
Kali ini rangkaian perjalanannya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Dimulai dari rumah bulek Wafiyah(adik ibuk) di pajaran, kemudian ke Ami Yazid (adik ibuk) di probolinggo, mampir ke buning Sona sekaligus mengambil pesanan permen princess dan menginap di Buning Saidah (kakak ibuk) di Nguling.
Di Nguling, sedemikian hangatnya keluarga mbah Ning& Buning Saidah dalam menyambut& melayani kami sekeluarga. Kini satu- satunya rumah yang selalu dituju untuk kami menginap ya dirumah Buning. Karena rumah Mbah kami sudah tidak layak huni, apalagi sekarang di sewa oleh " Basmalah", super market milik pondok Sidogiri Pasuruan.
Di Nguling, tepatnya di Mlaten, kami silaturahim ke beberapa sanak saudara, ziaroh ke makam, dan berkunjung ke rumah mbak Khol. Mbak Khol adalah Asisten Rumah Tangga ibuk, semasa aku dan adik- adikku masih kecil. Alhamdulillah, mbak Khol sekeluarga dalam keadaan sehat dan baru saja menimang cucu pertamanya.
Hanya satu malam kami di Nguling, kemudian kami diantar kembali ke Bangil. Meski demikian singkat, namun membawa kesan yang sangat dalam di hati kami.
Waktu berjalan terasa cepat sekali, entah mengapa, kalau liburan itu, hari- hari cepet banget berganti. Dan tak terasa pula, di tanggal 10 syawal, saatnya kami pindah ke Malang sampai balik lagi ke jakarta, dengan kereta dari Malang di tanggal 24 syawal.
Perjalanan ke Malang
Dari Bangil ke Malang, kami naik kereta Penataran, yakni kereta jurusan Surabaya- Malang- Blitar. Kereta kami berangkat jam 13.15 sampai Malang pukul 14.30.
Sesampai di Malang, sambil nunggu grab, para krucil bermain di taman depan stasiun Malang, dan mandi di patung Singo di depan stasiun Malang. Alhamdulillah, semuanya sehat dan ceria selama perjalanan
Aktivitas di Malang
Agenda pertama Tumpang Malang adalah menghadiri reuni Mts Diponegoro.
Keesokan harinya, tepatnya ahad 24 Juni 2018, pukul 13.00, kami menghadiri reuni Mts Diponegoro yang diadakan di Gallery Tumpang Cafe. Ini pertama kalinya, aku hadir bertemu temen- temen yang sudah 11 tahun lamanya nggak pernah kumpul. Suatu anugrah buatku, bisa berkumpul bersama mereka....selengkapnya Reuni Ajang Silaturahim
Malang adalah daerah pegunungan dengan suhu yang relatif dingin. Nah, liburan kali ini, cuaca di Malang pas lagi dingin- dinginnya. Ibuk ku bilang "ketigo", makanya dingin. Kalau aku baca di Medsos, karena bumi ada di posisi Aphelion ( posisi bumi terjauh dari matahari), kalau kata BMKG, suhu dingin karena angin dari Australia yang melewati Indonesia. Ada banyak pendapat, entah mana yang benar, yang jelas Malang duuuiiingiin banget.
Rutinitas di Malang, kalau pagi suka ngantri beli gorengan weci,pisang goreng dkk, biasanya berebutan dengan para wisatawan yang mau ke gunung bromo dan semeru. Di depan rumah kami, pak Rusno, memang menyediakan penginapan & base camp para pendaki gunung dan menyewakan kendaraan jeep untuk berangkat kesana.
Sedangkan para krucil, hobby nya mulai beralih, dari yang suka mandi jadi horor kalau mandi, sangking dinginnya air,brrrrhhh.... Tempat mainnya ya di balkon lantai 2, serasa camping dan piknik, kalau gelar tiker di depan loteng.
Sempat juga, para krucil, sakit bergantian. Dari yang masuk angin, muntah, kecapekan, nggak doyan makan, perut kembung. Tapi Alhamdulillah, bi idznillah, cukup di bawa ke Mak Senah, dukun pijet di kampung Jago, si Musya jadi doyan makan. Kemudian, Riziq yang tadinya muntah- muntah, dan badannya pegel- pegel, jadi fresh seperti sedia kala.
Namun berita dukanya adalah, saat tulisan ini dalam proses, beliau telah dipanggil sang kuasa. Tepatnya, hari Rabu, 18 Juli 2018. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un, insya'allah beliau min ahlil jannah. Aamiin. Karena beliau adalah orang yang sangat tulus dan ikhlas menolong orang.
Aktivitas lainnya, ketiga krucilku tuh, terkadang seneng ngikut dines mbah abah dan mbah ibuknya jualan di pasar Tumpang.
Sempat juga, para krucil, sakit bergantian. Dari yang masuk angin, muntah, kecapekan, nggak doyan makan, perut kembung. Tapi Alhamdulillah, bi idznillah, cukup di bawa ke Mak Senah, dukun pijet di kampung Jago, si Musya jadi doyan makan. Kemudian, Riziq yang tadinya muntah- muntah, dan badannya pegel- pegel, jadi fresh seperti sedia kala.
![]() |
Wak Senah(alm) selesai mijet Kakk Riziq |
Aktivitas lainnya, ketiga krucilku tuh, terkadang seneng ngikut dines mbah abah dan mbah ibuknya jualan di pasar Tumpang.
Yups...abah ibukku pedagang tas, sendal, sepatu,dll. Dari situlah beliau- beliau menghidupi kami empat bersaudara, dari kami orok sampai sudah mentas pendidikan. Subhanallah...masya'allah...tabarokallah... Mudah-mudahan orang tua kami semua, diberikan panjang umur, sehat selalu, dilindungi serta diberkahi oleh Allah SWT. Aamin ya robbal 'alamin.
Berikutnya adalah kondangan ke Kalipang Pasuruan, dimana kakak sepupuku dari ibuk menikah dengan orang kalimantan. Kami sekeluarga, abah, ibuk, dan Amin berangkat dengan mobil panthernya lek Ghulam dengan sopir cak Imam tetangga kami.
Rute perjalananpun tidak hanya sekedar kondangan, melainkan silaturahim ke saudara- saudara yang lain.
Pertama yang kami kunjungi adalah keluarga di Boto putih, yakni Hj.Maemunah yang masih mindoan dari mbah Sya'roni Nguling Pasuruan. Yang mengejutkan adalah ternyata putra Hj Maemunah adalah teman abi di Mts Diponegoro. Akhirnya, waktupun tersita banyak di rumah itu, karena obrolan yang semakin hangat diantara kami.
Kemudian lanjut ke Kalipang Pasuruan, kondangan ke kakak sepupu Mas Ikhsan. Selama ini, mas Ikhsan dan buning Nurin ibunya lebih banyak tinggal di Kalimantan. Disana, ada keluarga yang mendirikan pesantren, dan mas Ikhsan menjadi pengajar disana. Ternyata, disana mas Ikhsanpun menemukan jodohnya, yang merupakan orang kalimantan asli. Alhamdulillah, mudah- mudahan dikaruniai keluarga yang sakinah mawaddah war rohmah, Aamiin.
Mumpung ke Pasuruan, kami mampir ke salah satu ustadzah Ashiddiqiyah yaitu mbak Fifi, di Pasrepan Pasuruan. Aku pun nelpon mbak Fifi, lalu dijemput di pasar Pasrepan, kemudian menuju rumahnya, yang menurut kami jaauuhhh banget. Jalanannya aja, sampai aspal sudah habis, tapi belum juga sampai ke rumahnya.
Setelah penantian yang lama, mobil kami yang mengikuti motor mbak fifi dan abahnya akhirnya sampai juga ditempat tujuan. Tempatnya, tidak beda jauh dengan rumah pada umumnya di Pasuruan. Suasananya mirip di Nguling, banyak ayam, kucing berkeliaran, hawanya panas,dll.
Pulang dari rumah mbak Fifi, lumayan sore menjelang malam. Akhirnya, rencana abah yang mau ziarah ke makam di Seladi pun diurungkan. Kami akhirnya langsung pulang menuju Tumpang Malang.
Aku selalu merasa, bahwa tidak pernah cukup waktu untuk tinggal di Tumpang Malang. Meski 2 minggu lamanya berada di Malang, tetap saja masih kurang, dan inginnya lebih lama lagi. Hiks...hiks ...
Kini saatnya mempersiapkan diri untuk balik mudik ke Jakarta. Tiga hari sebelumnya, kami ke stasiun Malang untuk nyetak tiket kereta. Sekalian juga kami bawa koper kebesaran kami untuk di paketin melalui ekspedisi Herona yang berada di depan stasiun. Karena nggak mungkin bawa banyak barang bersama krucil- krucil di kereta. Yang ada malah sibuk bawa barang, dan anak-anak terbengkalai.
Selesai urusan di stasiun, tidak jauh dari sana, kami mampir ke "Kampung 3D" dan "Kampung Warna-Warni". Konon, dulunya kampung ini daerah terkumuh di kota Malang. Namun, berkat kreativitas beberapa Mahasiswa, kampung tersebut disulap menjadi tempat wisata. Bahkan menjadi icon kota Malang. Wah...hebat kan! Bravo kota Malang!
Alhamdulillah, liburan kali ini lumayan sangat panjang, sehingga kami bisa menikmati liburan lebih lama. Sebab biasanya kembali ke pondok tanggal 15 syawal, kali ini, dapat bonus 10 hari dari biasanya. Alhamdulillah wa syukurillah a'la ni'matillah.
Bagiku....momen yang paling membahagiakan adalah saat mudik. Bertemu dengan sanak keluarga dekat maupun jauh, menyambut anggota keluarga baru, mengikhlaskan kepergian keluarga yang menghadap sang Pencipta. Berjumpa dengan teman lama, tetangga, guru- guru, dll.
Karena suasana mudik yang selalu berbeda- beda tiap tahunnya, maka rasa- rasanya suasana mudik ingin selalu kuabadikan dalam catatan kecil. Agar bisa ku kenang dan bisa dinikmati oleh krucil- krucilku saat mereka besar nanti. Mudah- mudahan membawa manfaat dan keberkahan bagi kami semua. Aamiin.
Baca juga:
Komentar