"Arema Family" Goes to Jakarta


Alhamdulillah wa Syukurilah a'la ni'matillah, Allah telah mentakdirkan diriku berada di tengah- tengah keluarga besar yang barokah, selalu rukun,saling bantu- membantu layaknya satu tubuh, satu sama lain saling membutuhkan. Di aplikasi Whatsup kami pun punya grup yaitu "Arema Family", karena kami asli dari Malang.

Awal perjalanan menuju Jakarta
Kali ini, paklek Syamsul atau Lek Sul (adik dari abahku)punya gawe yaitu besanan dengan orang Bekasi. Putra bontot Lek Sul, "Muhammad Nur Alim" akan menikah. Bagiku itu sesuatu, karena Alim yang kuingat itu masih Abege,nggak nyangka dah mau merit aja. Baru kali ini,keluarga besar Malang dapat orang jauh,sebelumnya yang terjauh dari Jawa Tengah.

Iring-iringan pengantinpun dirancang yaitu start dari kediaman bulek Jazilah atau lek Zil di Jakarta barat. Pokoknya yang aku bayangkan adalah betapa senangnya berkumpul dengan keluarga besar "Arema Family" di Jakarta. Mengingat keluarga kecilku pulang kampung setahun sekali yaitu saat mudik lebaran.

Meski aku tidak ikut repot dalam persiapan acara pengantinan Alim,aku cukup sibuk memantau perkembangannya melalui cerita dari ibuku kalau kami sedang bertelephone ria. Seperti, pemberian dari ca-mernya Alim untuk jatah tiket kereta api ke Jakarta, bahan seragam kebaya untuk acara pernikahan, transportasi antar jemput stasiun, mobil untuk pengantin, penginapan selama di Jakarta, skenario perjalanan pra dan pasca acara pernikahan,dll.

Oh iya, putriku Asha pun dapat jatah baju sragam pengantin juga, yaitu sisa kain dari ibuku disambung sisa kain dari bulek Yetti. Konon, kata lek Yet yang merancang baju, baju Asha selesai  dalam satu hari. Tapi hasilnya luar biasa, anggun sekali dipakai Asha. Asha mengucapkan terimakasih banyak mbah Yetti.

Hari pertama di Jakarta
Sabtu jam 9 pagi, tanggal 1 April 2017, penjemputan keluarga dari Malang di stasiun Pasar Senen pun dilaksanakan dengan mobil besar Hiace dan Grandmax yang bertuliskan "Pondok Pesantren Asshiddiqiyah". Penumpang yang akan dijemput memang lumayan banyak yaitu 22 orang. Aku sendiri bersama mobilnya Roni adikku, karena ingin khusus menjemput abah dan ibuku,serta adikku yang bontot Amin.

Di stasiun Pasar Senen, keluarga Malang tiba tepat waktu,sehingga tidak perlu menunggu terlalu lama, tim penjemput segera beraksi. Selain 3 mobil dari pondok,ternyata disana sudah ada mobil pakdhe/ abah Imam dan mobilnya kakak sepupuku mbak Lulik. Jadi total mobil keseluruhan ada 5 mobil. Subhanallah wal hamdulillahi Allahu akbar.

Komando perjalanan dipimpin oleh abah Imam. Iring-iringan mobil digiring mampir untuk sarapan di tempat makan Waroeng Sunda. Tempatnya tidak jauh dari pondok pesantren Asshiddiqiyah Jakarta Barat, dan tempatnya sangat asyik untuk sarana kumpul keluarga. Suasananya ala-ala desa, duduknya lesehan dengan alunan musik khas sunda, serta menunya indonesia banget. Tersedia berbagai macam sambal dan lalapan yang bebas untuk mengambil sendiri. Suasana kekeluargaanpun semakin hangat.

Terimakasih untuk keluarga besar abah Imam,yang telah mentraktir kita semua. Wa bil khusus mas Udin dan timnya PT. Matrakosala, yang katanya sekalian tasyakuran kantor baru, mudah- mudahan perusahaannya semakin maju, berkembang, dan tambah barokah. Amiiin.

Tentunya ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya pula kepada keluarga besar KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ dan Lek Zil, yang selalu menjadi sponsor utama dalam setiap acara keluarga Malang. Sungguh tak terhitung jasa- jasanya baik secara materil maupun non materil. Hanya Allah yang bisa membalas dengan balasan yang terbaik. Jazakumullahu ahsanal jaza'.

Base camp utama keluarga Malang tentu saja di pondok pesantren Asshiddiqiyah,tepatnya di rumah gus Ayus. Hal ini karena tidak hanya orangnya yang cukup banyak,tetapi juga barang bawaannya yang luar biasa banyak sekali. Dari perbekalan selama 4 hari 3 malam, seserahan untuk pengantin wanita, yang berupa pakaian,peralatan wanita, serta kue- kue kering,dll.

Sangking banyaknya barang, ada satu kardus kue kering yang sudah ditata dalam toples hilang, dan tak tahu siapa yang membawa. Semuanya sibuk membawa barang yang banyak, sampai tidak sadar ada barang yang tertinggal. Semuanya ikut mencari, tetapi tidak ketemu dan bulek Shof pun sangat kecewa, padahal kue tersebut betul-betul dipersiapkan sedemikian rupa untuk besan. Bulek Yetti pun menghibur " Nggak usah gelo, mbak Shof, sing penting kabeh slamet lan sehat. Lek kue-ne ilang, iso tuku maneh".


Untungnya kotak seserahannya dan keranjang buah-buahannya beli di Jakarta, nggak kebayang kalau bawa dari Malang, bisa tak berbentuk kotak deh, atau bahkan tak terbawa seperti halnya kue kering yang hilang itu.

Sesampai di pondok, agenda berikutnya aku mengantar lek Shof dan Lek Yet belanja kotak seserahan dan buah- buahannya di pasar yang terdekat yaitu pasar Kopro. Dengan diantar Roni adikku, serta krucilku si "Asha" yang nggak pernah mau ketinggalan dan tentu saja baby boy ku "Musya" yang masih berumur 38 hari, kami pun berangkat. Untungnya si kecil banyak boboknya kalau diajak pergi, jadi tidak terlalu repot. Dan alhamdulillah, shoppingpun sukses, semua barang yang dicari sudah dibeli, tinggal packingnya nanti malam.

Hari kedua,puncak acara
Kini tiba pada hari H-nya,yakni hari yang ditunggu-tunggu, Ahad 2 April 2017. Rencana keberangkatannya sebenarnya habis shubuh langsung berangkat, tapi karena ada kendala teknis, jam 6 pagi baru meluncur iring- iringan mobil pengantinnya menuju Bekasi, tepatnya di gedung Islamic Center Bekasi.

Sebelum rombongan berangkat, ada sesi foto-foto keluarga, kemudian sungkem mempelai pria Alim kepada kedua orangtuanya, serta pelepasan dengan do'a oleh KH Noer Muhammad Iskandar,SQ. Kami semua berdo'a agar dalam perjalanan selamat sampai tujuan dan acaranya berjalan dengan lancar.



Sang mempelai pria berada di mobil Alphard putih milik mbak Eka, aku sendiri ikut mobil keponakanku Ilham, lalu ortuku naik mobil Roni, lainnya ada yang di mobil Hiace dan grandmax milik pesantren. Turut serta juga mobil abah Imam, mas Udin, dan mbak lulik. Jadi total ada 8 mobil iring- iringan mempelai pria.

Acara akad nikah Alim berjalan khusyu' dan penuh kesakralan. Sambutan dari pihak laki-laki oleh lek Ghulam, kemudian saat yang paling mendebarkan bagi pengantin pria adalah pengucapan lafadz ijab qobul. Dan alhamdulillah Alim bisa melafadzkannya dengan fasih dan lancar hanya dalam satu nafas dan tanpa mengulang.

Ada yang menarik dari acara akad nikah pagi itu yaitu pengisi tausiyahnya seorang tokoh nasional Bapak Syafi'i Antonio. Beliau seorang muallaf yang kemudian menjadi pakar ekonomi syari'ah di Indonesia. Yang disampaikan beliau tentunya bukan masalah ekonomi syariah yang biasa beliau sampaikan di TV-TV, melainkan nasihat- nasihat pernikahan untuk mempelai berdua.

Usai akad nikah di masjid Islamic Center, iring- iringan mobil dari kedua mempelai dan keluarga menuju ke gedung Graha Hartika- yang letaknya tidak jauh dari masjid tempat akad nikah- untuk acara resepsi.



Pernikahan Alim,tampaknya menggunakan jasa EO (Event Organizer), dari mulai acara akad sampai resepsi,semuanya tersusun sangat rapih. Pembawa acara, prosesi naiknya pengantin ke pelaminan, penyuting gambar dan video, semua tampak teratur dan dikerjakan secara profesional. Panitianya pun menggunakan radio HT untuk berkomunikasi.

Dalam acara resepsi, keluarga dari Malang di make up dan memakai baju sragam kebaya untuk para ibu, sedangkan para bapak disewakan sragam baju jasco hitam berbahan mengkilap. Semuanya berbaris dibelakang mengantarkan pengantin menuju ke pelaminan. Disertai dengan musik gending jawa, dan pembawa acara menyambut dengan bahasa jawa halus. Suasananya sangat mengharukan dan serasa di kerajaan mana gitu. He..he..


Adapun yang memberikan sambutan dari pihak laki-laki adalah Gus Hasan (adik sepupu ipar) beliau adalah ketua PWNU Jabar dan yang kebetulan Shohibul hajat yaitu bapak mertua Alim merupakan wakil bendahara PWNU Jabar. Sungguh "dunia itu memang sempit",begitu pepatah mengatakan.

Aku tidak mengikuti acara resepsi hingga akhir, hanya keluarga Malang yang tetap tinggal di sana karena memang malamnya menginap di Bekasi. Dan rencananya keesokan harinya yaitu hari Senin akan diajak rombongan ziaroh dan silaturahmi ke beberapa sanak saudara. Mumpung masih di Jakarta, karena hari selasanya sudah kembali lagi ke Malang.

Kenangan  masa kecil Alim
Teringat dulu saat Alim,Fitri, serta Amin (adikku) ketika masih umuran SD dan SMP, mereka liburan ke Jakarta. Aku mengajak mereka jalan- jalan keliling Jakarta, dengan menaiki busway. Kami mampir ke monas dan naik ke tugu monasnya, lalu mampir ke istiqlal, dan aku ajak juga nonton film anak-anak  di bioskop Citraland,dll.



Entah mereka masih ingat atau tidak masa- masa itu. Makanya, Alim yang kuingat masih anak- anak dan tak terasa sekarang sudah menikah. Selamat menempuh hidup baru adik sepupuku "Muhammad Nur Alim dan Nisa Dzikrina Istighfaroh", mudah- mudahan menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warrohmah, dan dikaruniai putra putri yang sholeh dan sholihah. Amiin.

Baca juga:


Rute mudik 2018, Dari Bangkodir sampai Arema



Komentar