Silaturahmi &Ngalap Barokah di Negeri Singa


Aku selalu suka dengan perjalanan, kalau hoby sebagai traveler,nggak juga sih, pekerjaan dan tanggung jawabku sangat tidak mendukung untuk hal itu.

Aku berambisi sekali bisa berkeliling dunia,tapi usaha untuk kesana belum ada. Kalaupun aku pernah ke luar negri, itu karena aku beruntung atau karena tidak sengaja. Dalam kitab Al- Hikam dikatakan bahwa "Hakikat keinginan itu sesungguhnya yang akan diberi oleh Allah Swt". Barangkali karena Allah sangat mengasihaniku, sehingga aku diberi kesempatan ke luar negeri dengan jalan yang tak terduga-duga. Hmmmh..kukira sih begitu.

Berburu tiket di Travel Fair


Kali ini perjalananku beserta keluarga, tepatnya 2 tahun yang lalu, yaitu awal tahun 2014.

Kebiasaan kami,sebagai orang perantauan di Jakarta ini adalah berburu tiket pesawat untuk mudik lebaran jauh-jauh hari. Bahkan kami pernah membeli tiket mudik H-6 bulan,kami belikan tiket putra kami yang pertama ketika masih dalam kandungan, dan belum tahu jenis kelaminnya. Lucu juga sih kalau ingat saat- saat itu.
Nah, saat itu bulan September 2014 ada pameran GATF (Garuda Air Lines Travel Fair) di JCC Senayan. Kami pun kesana dengan niat cari tiket mudik,sebab promonya saja sangat menggiurkan,yaitu pesawat Garuda Jakarta- Malang Rp.350 rb,untuk sekelas Garuda yang biasanya harga tiket diatas Rp.500rb, itu murmer banget. Tanpa pikir panjang,langsung booking 5 tiket (sekeluarga + Ubay adikku).

Tidak cukup dengan membeli tiket mudik, kami berkeliling ke arena stand pameran travel-travel lainnya. Ada yang menarik perhatianku, yaitu promo tiket Singapura yang saat itu ditawarkan 1,1 juta dalam rupiah untuk PP(pulang pergi). "Masak sih semurah itu?", aku setengah kurang percaya, secara gitu, Singapura itu sepertinya negara yang terkenal banget,tapi harga tiketnya kok kayak mau mudik ke Malang.

Lalu aku teringat dengan salah satu ustadzah Asshiddiqiyah yaitu bu Zuhrotus Sholikhah yang sampai sekarang tinggal di Batam, aku terpikir kalau aku ke Singapura bisa mampir ke Batam,kan letaknya berdekatan. Sudah lama aku nggak bertemu beliau, sudah 10 tahun lebih malah, tapi kami sering telponan, dan beliau selalu nyuruh main ke Batam.Barangkali sudah saatnya aku mengunjungi beliau disana pikirku.

Lain lagi dengan pemikiran abi, abi mengatakan bahwa di Singapura ada satu makam keramat yang sudah lama ingin sekali dikunjungi yaitu makam keramat Habib Nuh. Makamnya ada di tengah kota, konon pemerintah Singapura tidak mampu memindahkan makam tersebut dan akhirnya justru menjadi situs bersejarah disana.

Diskusi singkat kami,akhirnya memutuskan untuk membeli tiket yang ke Batam, karena saat itu promonya untuk pesawat Garuda adalah Rp.350 ribu. Sedangkan ke Singapura nantinya, kita bisa jalur kapal laut. Deal, kamipun membeli 3 tiket (aku,abi,dan Asha).

Kami punya waktu 3,5 bulan untuk mempersiapkan perjalanan kami, dari paspor Asha-meskipun bayi, ternyata harus tetap memiliki paspor,dan kamipun baru tahu-, lalu googling tempat yang akan kami kunjungi, penginapan, dll.

Hasil dari persiapan kami kontek sana kontek sini,berita bagusnya adalah ternyata  abi punya teman SD yang punya apartemen di Singapura. Namanya mbak Evi, masih 1 kampung di Tumpang,Malang, beliau sekeluarga sudah lama tinggal di sana. Beliau nanti akan menjadi pemandu kami di Singapura, meskipun beliau tidak pernah dengar tentang makam Habib Noh.

H-2 bulan ke Batam & Singapur


H-2 bulan persiapan perjalanan semakin mantap,namun ada hal lain yang baru kami sadari dan hampir kami lupakan. Ternyata, kepergian kami bertepatan dengan jadwal penengokan mas Riziq di pondok Tarbiyatul Wildan,Rawamerta, Karawang. Mau tidak mau, mas Riziq tidak bisa ditinggal, akhirnya bookinglah tiket untuk mas Riziq. Aku minta tolong adikku Ubay agar dia ikut serta agar bisa beli tiket untuk Riziq, karena nggak mungkin membeli satu tiket anak tanpa disertai orang dewasa.

Persiapanpun nambah lagi,yaitu pembuatan paspor Riziq, untungnya pembuatan paspor online dan bisa dilakukan dimanapun. Aku mengatur pembuatan paspor Riziq di kantor imigrasi Karawang, jadi aku tidak perlu bawa Riziq ke Jakarta, karena memang pondoknya tidak libur. Dan alhamdulillah, semuanya berjalan lancar.

Dalam penantian perjalanan kami, seiring berjalannya waktu, terjadi banyak kejutan- kejutan yang menyertai. Rombongan perjalanan kami yang semula hanya 3 orang,menjadi berkembang, total berjumlah 7 orang. Setelah ami Ubet & Riziq ikut serta,Ami Roni (adikku no.3) ikut, serta salah satu teman kami Bekti juga ikut.

Kejutan lainnya adalah bahwa ternyata kami punya saudara di Batam,aku manggilnya dik Zainul, beliau asli Pasuruan, Jatim. Di Batam, dik Zainul tergolong perantau sukses, sudah punya rumah dan mobil sendiri dari usaha toko optik yang dirintisnya selama belasan tahun,dan kini sudah punya 3 toko optik yang tersebar di Batam. Subhanallah, barokallohu.

Persiapan & Keberangkatan ke Batam 

Setelah persiapan matang,serta skenario perjalananpun juga sudah ok, pada hari H-2, tepatnya Rabu,31 Desember 2014, kami menjemput Riziq di pondoknya. Pulang dari Karawang, kami naik mobilnya Roni,sekalian dia pulang kerja dan ikut serta rombongan ke Singapura.

Pada hari H-nya,yaitu kamis 1 januari 2015, kami sempatkan sholat shubuh berjamaah di masjid tercinta Baitul Makmur Asshiddiqiyah, sekalian pamit ke bunyai yang saat itu juga turut berjamaah shubuh.

Saat berpamitan, bunyai sempat melontarkan " oh, mau takziyah ke korban pesawat Air Asia ya?", tidak lama sebelumnya memang ada musibah jatuhnya pesawat Air Asia yang terbang dari Surabaya ke Singapura. Aku buru-buru menjelaskan bahwa tujuan awal kami adalah silaturahmi ke saudara di Batam, kemudian ke rumah ustdzah Zuhrotus Solikha,serta mau janjian ketemu dengan bu Aty, beliau adalah salah satu wali santri di Batu Ceper,dan termasuk istri anggota DPR di Batam. Bunyai pun sedikit terkejut,beliaupun nitip salam untuk bu Aty. Aku juga menyampaikan bahwa kami akan ziaroh ke makam Habib Noh , di Singapura. Dan beliaupun mendo'akan kami agar selamat sampai tujuan hingga kembali ke tanah air.

Kamis,jam 9 pagi kami bertolak dari Asshiddiqiyah menuju bandara Soekarno-Hatta. Meski berangkat ke bandara bersama-sama,kami bertujuh naik pesawat dg maskapai dan jadwal yg berbeda. Aku,abi,dan asha lebih dulu,lalu ami Ubet,Roni &Riziq, disusul bekti dg waktu yang hampir bersamaan. Kami semua janjian di bandara Batam.

Setelah sampai di Batam semua,kami dijemput oleh dik Zainul. Kami merasa bersyukur sekali, di tempat yang asing,kami di tolong oleh saudara sendiri. Alhamdulillah.

Sebelum eksekusi skenario perjalanan,kami istirahat dulu di rumah dik Zainul. Aku sudah mulai kontek-kontek bu likha dan Khusnul (mantan anak ma'had aly Asshiddiqiyah). Kami sepakat untuk ketemuan di rumah bu likha, termasuk bu Aty yang ingin silaturahmi ke rumah bu Likha dan sebelumnya memang sering telponan dan ketemuan di hotel kalau bunyai sedang ada acara di Batam. Kami janjian di malam hari ba'da maghrib.

Alhamdulillah, kami semua bisa berkumpul di rumah bu Likha sekitar jam 9an malam. Hadir bersama kami juga rombongan guru Asshiddiqiyah yang sebelumnya sudah sampai duluan di rumah bu Likha yaitu Bu Badi, Bu her,& Bu Maryati. Suasana semakin malam semakin hangat, dengan suguhan roti bakar khas buatan bu Likha yang memang punya usaha roti bakar dan cukup sukses di Batam. Beliau bahkan membuat roti tawar sendiri,dengan alat-alat yang komplit di rumahnya. Subhanallah, dari dulu bu Likha yang ku kenal orangnya memang sangat ulet dan pekerja keras, jadi nggak heran beliau bisa survive dan sukses di Batam.

Jam 11 an malam, kami baru kembali ke rumah dik Zainul, kami juga harus mempersiapkan perjalanan esok paginya ke Singapura dari pelabuhan Sekupang Batam.

Keberangkatan ke Singapur

Hari ke-2, Jum'at pagi,2 Januari 2015, dengan diantar mobilnya dik Zainul kami bergegas menuju pelabuhan Sekupang. Disana kami membeli tiket kapal ke Singapura, sekalian tukar uang dolar Singapura, biar nanti nggak kerepotan ketika sampai di Singapura. Saat itu nilai 1 dolar Singapura adalah Rp.9.500, dan tiket kapal laut yang harus kami beli dalam rupian seharga Rp.300 rb-an untuk perjalanan PP.

Perjalanan dengan kapal laut sangat menyenangkan sekali,terutama bagi Mas Riziq dan Asha, ini kali kedua bagi Riziq menaiki kendaraan laut setelah pengalaman pertama ke Pulau Seribu dulu, sedangkan bagi Asha, ini adalah kali pertama merasakan naik kapal laut. Mereka berdua sangat antusias dan bersemangat melihat pemandangan laut yang luar biasa.

Sesampai di pelabuhan Singapura yaitu Singapore Cruise Centre,kami mulai sedikit kebingungan, karena hp tidak ada jaringan dari semenjak di laut ketika masuk wilayah Singapura. Tapi nggak lama, sinyal mulai muncul, namun sayangnya nomer mbak evi nggak bisa dihubungi. Kamipun nekat untuk naik taksi menuju alamat yang memang sudah dikasih mbak Evi. Aku percaya bahwa sejauh-jauhnya rumah mbak Evi yaitu di daerah namanya Bedok,pasti nggak terlalu jauh, mengingat Singapura adalah negara kecil, kalau tidak salah luas daratannya kurang dari 700 km2, imbang-imbang dengan luas wilayah DKI Jakarta.

Dengan modal bahasa Inggris ala Asshiddiqiyah,kami berkomunikasi dengan sopir taksi yang kebetulan chinese dan bahasa Melayunya sangat minim. Dua taksi pun meluncur menuju alamat mbak Evi,dan ternyata tidak terlalu susah mencarinya, karena rata- rata penduduk di Singapura tinggal di apartemen,dan tiap gedung apartemen ada abjad & nomornya. Setelah ketemu gedung apartemennya, baru kita cari nomer apartemennya, dan alhamdulillah bisa kita temukan dengan mudah.

Sesampai di tempat mbak Evi,kami sempatkan istirahat sebelum meneruskan skenario perjalanan berikutnya. Kami tidak punya banyak waktu,karena besok malamnya kami akan kembali lagi ke Batam dengan kapal laut.

Ziaroh ke Makam Habib Noh


Setelah cukup beristirahat,jam 4 sore kami menuju ke makam Habib Noh. Tentunya dengan diantar mbak Evi,karena kami buta dengan transportasi di Singapor. Dari depan apartemen,kami menunggu bis yang menuju ke stasiun Bedok. Untuk naik bis, kita masih bisa diperbolehkan membayar dengan uang cash,tapi harus dengan uang pas . Jadi jangan berharap kita dapat uang kembalian kalau uang kita dalam jumlah besar, makanya orang Singapura selalu menggunakan kartu untuk pembayaran transportasi.

Setelah sampai di stasiun Bedok, kami lanjutkan dengan menaiki kereta MRT(Mono Rail Train), kali ini tiap orang harus memiliki kartu untuk pembayarannya. Kami harus mengeluarkan 12 dolar Singapora untuk mendapatkan kartu tersebut. Mbak Evi memberitahu kami bagaimana cara- caranya, karena dia hanya bisa mengantar kami sampai stasiun yang terdekat saja.

Dengan sedikit petunjuk dari mbak Evi,peta yang ada di stasiun,serta googling kalau pas dapat sinyal wifi,kami pun ngebolang menuju makam keramat Habib Noh. Kami turun di stasiun Tanjung Pagar, kemudian tanya kesana kemari,lalu naik taksi biar praktis. Dan baru kami ketahui setelah pulang dari makam, ternyata dari makam ke stasiun bisa kami tempuh dengan berjalan kaki. Namanya juga ngebolang, semua alternatif kami coba, dan yang terpenting kami semua menikmatinya.

Aku sangat bersyukur sekali bisa sampai di masjid haji Muhamad Soleh,dimana makam Habib Noh berada disampingnya. Kami sholat maghrib dan isya disana, baru ke makamnya. Karena kami datang pada malam hari, tempat makam Habib Noh tidak terlihat seindah yang ada di internet. By the way,sudah bisa berziaroh, baca tahlil, do'a,i'tikaf di masjid,dll, tabarukan di tempat salah seorang wali alias ngalap berkah istilah orang Jawa, aku pribadi sudah sangat bersyukur, alhamdulillah.


Jam 10 malam kami segera pulang,rutenya pun tidak terlalu sulit untuk kita ulangi. Sesampai di depan gedung apartemen mbak Evi, kami mampir dulu di kafetaria yang terdekat. Disana ada beberapa kantin, tapi hanya beberapa saja yang halal, makanya kami sangat berhati- hati dalam memilih kantin yang halal. Adapun harga makanannya sih bervariasi,yaitu rata-rata antara 3-5 dolar (30rb-50 rb). Setelah kenyang,kami baru naik ke apartemen mb Evi di lantai 5.

Jalan- Jalan keliling Singapur

Esok paginya, Sabtu 3 Januari 2015, kami bersiap- siap melanjutkan skenario perjalanan, yaitu ke tempat simbol kebanggaan Singapore yaitu Merlion park. Kali ini mb Evi, mas Eko,dan ketiga anaknya Nasya,Hilmi,dan Dzikri ikut mengantar kami, sekalian weekend-an bersama keluarga.

Kesempatan berfoto di depan patung merlion pun tidak kami sia-siakan. Merlion berasal dari kata Mermaid (ikan duyung) dan Lion (singa) memang menjadi daya tarik tersendiri, disana banyak turis dari berbagai negara antri berfoto disana. Selain patung Merlion, kami berfoto dengan back ground gedung Marina Bay, yang bentuknya seperti kapal laut diatas gedung, ada juga gedung Esplanade yang bentuknya seperti durian,dll.

 Aku sih sebenarnya heran juga,kok semua orang begitu antusias ya, termasuk bule-bule untuk mengabadikan moment di depan patung merlion itu. Aku pikir Cuma kami yang ndeso,yang nggak pernah ke luar negri, jadi agak katrok bin norak ketika berfoto-foto ria. 'Ala kulli haal, kami sangat menikmati semua itu meski dengan berpanas-panas ria.

Setelah puas berfoto-foto ria, mbak Evi dan keluarga mengajak kami untuk membeli oleh-oleh di Bugis street. Suatu tempat, seperti pasar tradisional, disana banyak menjual oleh-oleh dengan harga yang terjangkau. Kami membeli souvenir yang terjangkau pula,karena pasti sekembalinya dari Singapura, setiap orang akan menanyakan oleh- oleh.

Barang-barang yang kami beli seperti biasa, yaitu gantungan kunci, kaos, tas, makanan, ada juga korek api, hiasan meja yang semuanya bercorak Singapura. Selesai berbelanja pun kami makan-makan, lalu kembali ke apartemen mbak Evi untuk mengepak barang. Karena jam 8 malam kami harus kembali ke Batam dengan kapal laut.

Hingga hari ke-3, perjalanan kami Alhamdulillah berjalan dengan lancar, meskipun sebenarnya ada beberapa tempat yang ingin kami kunjungi, namun karena waktu yang tidak memungkinkan, kami pun harus ikhlas untuk kembali, dan berharap suatu saat kami bisa melanjutkan perjalanan yang kami anggap belum kelar ini.

Beberapa tempat yang sudah kami googling diantaranya adalah universal studio, tempatnya agak jauh, dan nggak sejurusan dengan tempat kami, sedangkan tempat yang masih sejalan adalah Sentosa Island yang sempat kami lewati karena dekat pelabuhanpun tidak sempat kami datangi, karena keterbatasan waktu yaitu hanya 2 hari 1 malam.

Perjalanan pulang kembali ke Jakarta

Malam minggu,jam 7 malam kami sudah sampai di pelabuhan Singapore Cruise Centre. Tiket ke Batam sudah di tangan, tinggal lihat jadwal kapal yang berangkat paling akhir, yaitu jam 8 malam. Alhamdulillah perjalanan lancar,dan sesampai di Batam, dik Zainul sangat berbaik hati menjemput kami di pelabuhan Sekupang. Dan sesampai di rumah dik Zainul,kami semua pun tepar karena kelelahan.

Hari ke-4,Ahad 4 Januari 2014,merupakan hari terakhir kami di Batam. Kami memang tidak sempat jalan-jalan keliling Batam, padahal banyak tempat menarik disana, namun sekali lagi, waktu yang tidak mengizinkan kami untuk berlama-lama menikmati liburan. Apalagi, sekembalinya kami ke Jakarta, kami harus mengantar langsung Riziq ke pondok Tarbiyatul Wildan, Karawang.

Nonton berita infotainment sekarang,liburan tahun baru banyak yang pergi ke luar negri. Rupanya liburan ke luar negeri jadi trend buat artis-artis, rata-rata mereka ke luar negri bersama keluarga ingin menikmati salju di tempat aslinya, karena di Indonesia emang nggak ada, ada juga yang berbondong- bondong untuk umroh. Kalau kami, liburan awal tahun ke luar negri,karena niat silaturahmi dan ngalap berkah ke tempat waliyullah. Dengan harapan, do'a yang kami panjatkan, senantiasa dikabulkan oleh Allah Swt. Amin ya robbal a'lamin.

Baca juga:

Surga Dunia di Kepulauan seribu


Welcome To Desoku Tumpang Malang

Komentar