Mudik Akhir Tahun yang Singkat nan Penuh Berkat


Mudik akhir tahun kali ini kurang niat banget, meski kami membeli tiket di H-90 hari, masih saja ada keraguan untuk pulang kampung. Hal ini karena tanggal 30 Desember adalah jadwal penengokan kakak Riziq di pondok Tarbiyatul Wildan Karawang, sedangkan liburan sekolah tinggal seminggu lagi. 

Akan tetapi rasa rindu kami kepada orang tua kami, mengalahkan keraguan untuk mudik. Jadi meski Riziq tidak ada liburan pondok, kami tetap membawanya pulang kampung dan terpaksa izin kepada ustadnya. Walhasil, jadwal mudik kami benar- benar, efisien, singkat, padat, dan penuh berkat. Alhamdulillah...

*Eksekusi mudik liburan*

1. Sabtu, 29 Desember 2018

H-1 sebelum mudik, sabtu, 29 Desember 2018, Abi berangkat ke Karawang dan menginap di Rumah Roni. Padahal, Roni posisinya sudah berada di Malang seminggu lamanya.

Adikku Roni telah berbaik hati menitipkan kunci rumahnya ke tetangga, agar kami sewaktu- waktu bisa menginap di rumahnya saat menjemput Riziq.

Perlu diketahui, bahwa pondok Riziq sangat ketat sekali, jikalau belum waktunya penengokan, orang tua tidak boleh masuk ke pondok, kalau mau ketemu, hanya bisa melalui jeruji besi pagar yang sangat tinggi banget.

2. Ahad, 30 Desember

Adegan berikutnya sedikit menegangkan. Bagaimana tidak, tiket kereta kami di hari Ahad, 30 Desember, sedangkan abi masih di Karawang menjemput Riziq. Kalau abi terlambat sampai Jakarta hari ahad itu, hanguslah tiket kami.

Dan alhamdulillah, abi dan Riziq, sampai Jakarta jam 10.00wib, jadi kami masih punya waktu persiapan untuk naik kereta mata remaja, jam 15.30 wib.

Di kereta

Perjalanan mudik kami dengan kereta memang cukup panjang, yaitu kurang lebih, 17 jam-an. Sehingga 2 hari 1 malam, kami menikmati kereta.


3. Senin, 31 Desember 

Senin, 31 Desember 8.30 wib, kereta kami sampai Malang. Lalu naik grab menuju Tumpang. Alhamdulillah, kami semua sampai di rumah dalam keadaan sehat dan selamat.

Patung Singa depan Stasiun Malang

Di rumah Tumpang, sudah berkumpul Roni dan keluarga, adikku yang bontot Amin, tentunya Abah dan ibu. Kondisi ibu, kebetulan sedang sakit, beliau terkena musibah, jatuh terpeleset saat turun dari angkot di Malang, sehingga ada tulang yang patah di pergelangan tangan kanan. Makanya, tangan ibu masih diperban meski kejadiannya sudah setengah bulan lamanya.

Hari pertama di Tumpang, kuajak para bocil dan mbak Yuli yang juga pertama kali ke Jawa Timur jalan- jalan ke  candi Jago yang berjarak 300m di belakang rumah.

Hanya sekedar iseng saja, karena sudah hampir 10 tahunan lebih aku nggak pernah masuk ke Candi Jago, hanya lewat doang, itupun karena silaturahim ke rumah paklek yang terletak disamping candi.



Candi Jago Tumpang Malang

Suasana Senin sore yang cerah, juga kami manfaatkan untuk bersilaturahim ke rumah bude Ruqo', niatnya memang mau ketemu dengan mbak Nuning, karena aku tahu bahwa keluarga ibu Ruqo' liburan di Jakarta semua kecuali mbak Nuning.

Namun yang terjadi sungguh surprise, mbak Nuning masih kerja dan belum pulang, malah ketemu dengan ustad Syahrul sekeluarga yang baru saja berpetualang di Bromo dan sengaja menginap di rumah Ibu Ruqo'. Akhirnya ngobrollah kami, dunia memang sempit ya. Di Jakarta ketemu di sekolah, liburanpun masih ketemu juga di Malang. He..he..
Bersama Ustad Syahrul & Istri

Di rumah bude Ruqo' Tumpang

Menjelang Malam tahun baru, Tumpang disibukkan persiapan acara majlis taklim besar- besaran yang diselenggarakan takmir masjid Al- Hurriyah Tumpang.

Seperti tahun- tahun sebelumnya, selalu mengundang JMC ( Ja'far Mania Community) pimpinan Habib Ja'far, dan kali ini posisi panggung di sebelah kantor kecamatan Tumpang, yang berjarak 200m dari rumahku.

Diatas panggung majlis sholawat JMC

Malam tahun baru masehi 2019, bertepatan dengan malam selasa. Suasana di Tumpang dimeriahkan dengan majlis taklim& sholawat dari JMC dengan jama'ah yang berjumlah ribuan, padahal menjelang acara sempat diiringi gerimis, namun tidak menghalangi para jama'ah untuk datang berkumpul memenuhi sepanjang jalan kudusan, wisnuwardana, dan jalanan lainnya didesa Tumpang.

Bersama lek Ghulam
 & Habib Ja'far  Al- Jufri

Suasana malam tahun baru 2019, benar- benar meriah dengan sholawat. Abi termasuk yang semangat pake banget mengikuti majlis JMC, bahkan berada barisan paling depan diatas panggung. Sedangkan aku dan para bocil, cukup menonton dari lantai dua, rumah kami yang bisa melihat layar lebar yang di pasang di jalanan.
Selfi dg Habib Ja'far Al- Jufri

Ziaroh ke makam mbah Azimat
Di belakang masjid Alhurriyah Tumpang

4. Selasa, 1 Januari 2019.

Setelah sehari di Tumpang, hari berikutnya adalah ke rumah mertua di Bangil Pasuruan. Perjalanan menuju Bangil di antar oleh adikku Roni sekeluarga.

Terimakasih Ami Roni, sudah mau repot antar jemput kami dari Malang ke Bangil sampai ke Malang lagi. Mmmuahhh...x3.
Bersama Abah & Umi di rumah Bangil

Kami berangkat jam 9.30 wib, dan sampai Bangil jam 11.00 wib. Sungguh perjalanan yang termasuk cepat. Hal ini karena, kami menggunakan tol baru yang sebenarnya belum dibuka, jadi masih free alias gratis. Alhamdulillah.

Selama di Bangil, kami menikmati kebersamaan bersama abah Mat dan umi Lilik di rumah punden ( rumah buyut).

Kami sempatkan juga mengunjungi rumah bulik Nik yang berjarak kurang lebih 1 km dari rumah punden. Kami hanya punya waktu sehari saja di Bangil, karena besoknya akan dijemput kembali oleh Roni ke Malang.

5. Rabu, 2 Januari 2019

Roni sekeluarga datang menjemput kami dirumah Bangil. Kamipun sudah siap dengan segala perabotan dalam 1koper. Setelah makan siang dengan rujak cingur buatan warung depan rumah, kami pun melanjutkan perjalanan ke Malang.

Perjalanan Bangil Malang itu melewati kota Sukorejo, dan kami merasa tidak enak jika tidak mampir ke rumah Ning Shohi, kakak sepupu abi sekaligus mertua adikku Roni atau orang tua dari Isnaini. Kamipun mampir ke rumah mbahnya Hani, yaitu di belakang pabrik Sampoerna. 

Kami sampai di Malang, saat maghrib tiba. Dan keluarga kami lengkaplah dengan adanya Ubet yang datang di hari Selasa. Saat keluarga kami full komplit, kelemahannya adalah kamar nya tidak cukup. Makanya, tidurnyapun ngampar di ruang tengah depan TV lantai 2. Pokoknya nikmat banget kalau semua kumpul, ramee dan serruuuu!!...
Formasi komplit keluarga Tumpang

6. Kamis, 3 Januari 2019

Hari terakhir kami di Malang, kami sempatkan untuk mengantar ibu untuk kontrol  tulang pergelangan tangan di rumah Gus Muslih.

Dari semenjak ibu mengalami musibah jatuh yang menyebabkan tulang pergelangan tangan patah, memang berobat ke Gus Muslih ahli sangkal putung plus masih keponakan ibu. Sehingga, setiap kesana, kami selalu disambut layaknya keluarga. Padahal, disana puluhan orang mengantri untuk berobat ke Gus Muslih.

Ibu berobat ke Gus Muslih

Kami berangkat ke Pucang Songo dari jam 8.00 wib pagi, setelah itu kami lanjut ke tempat wisata yang tidak jauh dari sana, yaitu "Museum Panji".
Suasana di Museum Panji
" Kolam renang" adalah tempat favorit para bocil. Kebetulan, tempat yang terdekat dan biayanya terjangkau adalah Museum Panji. Tempat ini adalah salah satu wisata kebanggaan desa Tumpang. Karena tempat tersebut ada kolam renang plus museum yang sudah berkelas internasional. Baca selengkapnya...."Welcome to Desoku Tumpang Malang".

Setelah puas berenang, kamipun pulang dan siap- siap menuju stasiun Malang untuk kembali ke Jakarta. Waktu persiapanpun cukup panjang, karena kereta kami berangkat jam 17.30 wib.

Di kereta perjalanan pulang

Syukur Alhamdulillah kami semua diberikan kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga dalam keadaan sehat wal afiat. Meski perjalanan kami singkat dan melelahkan, namun semuanya terasa asyik dan menyenangkan. Semoga Allah senantiasa memberkahi kami semua. Aamiin

Di awal tahun 2019, pas banget ada lagu tentang keluarga, yaitu sound tracknya film "Keluarga Cemara", yang dinyanyikan dengan penuh makna oleh BCL (Bunga Citra Lestari). Meski aku tidak nonton filmnya di bioskop dan jalan ceritanyapun aku kurang faham. 

Lagu tersebut seolah menginspirasi perjalanan mudik kami ke Malang yakni dalam rangka rindu kepada abah dan ibu kami di kampung. Check it out!!!


Artikel lainnya:

Keluarga Cemara versi Keluargaku

"Kampung Warna- Warni dan Kampung Tridi" Ikon Kota Malang

Rute mudik 2018, Dari Bangkodir sampai Arema

Komentar

Unknown mengatakan…
Assalamualaikum..
Mohon info ,,pengobatan di gus muslih apa khusus sangkal putung..?
Mohon info beserta jadwal prakteknya.mohon maaf..trimakasih.
Wassalamualaikum
Nafisah Mlg mengatakan…
waalaikum salam, di gus muslih buka praktik setiap hari, kecuali hari jumat